editorial.id - Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur menetapkan subsektor tembakau sebagai salah satu program prioritas strategis pada 2025. Melalui skema intensifikasi, diversifikasi usaha tani, dan regenerasi petani, Disbun Jatim menargetkan peningkatan produktivitas sekaligus peremajaan tenaga kerja pertanian di sentra-sentra tembakau utama.
Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Ir. Dydik Rudy Prasetya, MMA, menyebutkan bahwa pada 2024, luas lahan tembakau di Jatim mencapai 147.373 hektare dengan total produksi 185.437 ton. Kabupaten Pamekasan menjadi produsen tertinggi dengan 29.670 ton, disusul Bojonegoro (22.252 ton), Situbondo (17.616 ton), Probolinggo (16.318 ton), dan Lamongan (15.391 ton).
“Jawa Timur menyumbang lebih dari 40 persen produksi tembakau nasional. Karena itu, pembangunan subsektor ini tak hanya bernilai ekonomi, tapi juga menyangkut aspek sosial dan budaya masyarakat perdesaan,” kata Dydik, Senin, (07/07/2025).
Untuk meningkatkan produktivitas, Dinas Perkebunan menyiapkan skema intensifikasi melalui penyaluran bantuan pupuk NPK, ZA, ZK, dan KNO3 kepada kelompok tani di wilayah sentra. Bantuan ini diharapkan dapat menekan ongkos produksi dan mendongkrak hasil panen tembakau minimal 10 persen dibanding tahun sebelumnya.
Selain itu, petani akan mendapat dukungan sarana dan prasarana pertanian, seperti handtraktor, cultivator, pompa air, bak penampung, dan alat perajang tembakau. “Dengan kombinasi input produksi dan mekanisasi, efisiensi bisa lebih tercapai,” ujarnya.
Untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu komoditas, Disbun Jatim mendorong diversifikasi usaha tani. Pola tanam tembakau akan dikombinasikan dengan tanaman sela bernilai ekonomi seperti bawang merah, terutama di kawasan Madura dan Tapal Kuda.
“Langkah ini untuk menjaga stabilitas pendapatan petani ketika harga tembakau mengalami fluktuasi,” jelas Dydik.
Sebagai upaya regenerasi, Dinas Perkebunan meluncurkan program demplot budidaya tembakau bagi generasi muda. Program ini diintegrasikan dengan model usahatani modern berbasis pasar, teknologi, dan efisiensi.
“Kami ingin mencetak agropreneur muda yang tidak hanya bertani, tapi juga berpikir sebagai pelaku usaha,” tegasnya.
Pelatihan budidaya, mekanisasi, hingga pasca panen juga digencarkan. Sedikitnya 5.000 petani di 15 kabupaten akan mendapatkan pelatihan yang mengusung konsep pertanian cerdas iklim dan pemanfaatan teknologi digital sederhana.
Di sisi lain, pemprov juga tengah menguji varietas baru tembakau lokal dari Situbondo dan Jember yang memiliki kadar nikotin rendah dan aroma khas, guna memenuhi kebutuhan pasar ekspor serta adaptif terhadap perubahan iklim. [adv]
Editor : Budi Prasetyo