Anggota Komisi D DPRD Jawa Timur, dr. Agung Mulyono, mendorong Pemerintah Provinsi segera memperbaiki ruas jalan Srono–Muncar di Kabupaten Banyuwangi yang memiliki panjang sekitar 9,9 kilometer.
Usulan ini disampaikan mengingat kondisi jalan yang dinilai kurang layak untuk mendukung mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi di wilayah tersebut.
Baca juga: Duka Mendalam, Ketua Fraksi PDIP DPRD Jatim Serukan Doa Bersama untuk Santri Al Khoziny
“Jalan Srono–Muncar merupakan jalur vital bagi distribusi hasil perikanan dan pertanian. Jika kondisinya rusak, tentu akan berdampak pada perekonomian warga,” ujar dr. Agung, yang juga Ketua Fraksi Demokrat DPRD Jatim.
Menurutnya, hasil pantauan di lapangan menunjukkan sebagian ruas jalan mengalami retak dan bergelombang. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan pengguna jalan, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan, khususnya bagi pengendara roda dua.
“Kalau akses jalan baik, biaya distribusi turun, keselamatan terjamin, dan roda perekonomian warga bisa berputar lebih cepat,” tegas legislator asal Dapil Banyuwangi-Bondowoso-Situbondo tersebut.
Baca juga: Ketua Fraksi Demokrat DPRD Jatim Jenguk Santri di RS Delta Surya, Sampaikan Salam Emil Dardak
Menanggapi hal ini, Kepala UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan (PJJ) Banyuwangi, Ir. Tutut Putro Tri Wicaksono, ST., MT., menjelaskan bahwa perbaikan jalan saat ini masih sebatas pemeliharaan rutin.
“Sampai dengan saat ini, kami masih menangani dengan pemeliharaan rutin. Memang sempat kami sampaikan ke dr. Agung bahwa ruas tersebut kami usulkan untuk masuk program Inpres Jalan Daerah (IJD),” ujarnya.
Ia menambahkan, verifikasi dokumen dan peninjauan lapangan oleh perwakilan Kementerian PUPR sudah dilakukan, namun kepastian diterima atau tidaknya usulan tersebut masih menunggu keputusan.
Baca juga: Sumardi Golkar: Siskamling Hidupkan Kembali Budaya Gotong Royong Warga
“Jika usulan IJD diterima, maka penanganan dilakukan oleh Kementerian PU. Namun hingga saat ini kami belum menerima kepastian. Maka target pelaksanaan juga belum bisa ditetapkan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Tutut mengungkapkan rata-rata kerusakan terjadi pada lapisan perkerasan yang sudah aus, dan di segmen akhir ruas jalan diperlukan pelebaran agar kapasitas jalur meningkat.
Editor : Budi Prasetyo