Dalam sebuah momen bersejarah yang penuh harapan, Khofifah Indar Parawansa kembali terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Pembina PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) untuk periode 2025-2030. Proses pemilihan yang berlangsung di Kongres XVIII Muslimat NU yang digelar di Asrama Haji pada Sabtu dini hari, 15 Februari 2025, bukan hanya menjadi ajang pemilihan pimpinan, tetapi juga sebuah titik awal bagi perubahan struktural yang signifikan dalam tubuh organisasi terbesar perempuan Muslim di Indonesia ini.
Bersama Arifatul Choiri Fauzi, yang lebih dikenal dengan nama Arifah Fauzi, yang kini menjabat sebagai Ketua PP Muslimat NU, Khofifah memulai babak baru dalam perjalanan panjang organisasi yang telah melayani lebih dari 36 juta ibu-ibu Nahdliyin ini. Kehadiran Khofifah sebagai Ketua Umum Dewan Pembina tentu bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat ia telah memimpin organisasi ini selama empat periode sebelumnya, sejak tahun 2000.
Perubahan Struktural yang Berani
Khofifah, yang dalam pidato setelah terpilih menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan yang diberikan, menjelaskan bahwa terpilihnya dirinya sebagai Ketua Umum Dewan Pembina membawa perubahan besar bagi struktur organisasi Muslimat NU. "Struktur baru ini, yang telah disepakati berdasarkan koordinasi yang intens dalam beberapa hari terakhir dan dengan pendampingan dari PBNU, adalah langkah penting untuk membawa organisasi ini ke arah yang lebih maju," ungkap Khofifah dengan penuh keyakinan.
Dalam perubahan yang dilakukan, salah satu yang paling mencolok adalah penyesuaian struktur organisasi Muslimat NU yang kini lebih mengarah kepada struktur yang ada di PBNU, dengan penambahan jabatan Rais Aam dan Ketua Tanfidziyah. Hal ini, menurut Khofifah, merupakan bagian dari upaya untuk menyelaraskan sistem organisasi dan memastikan bahwa Muslimat NU tetap relevan dan adaptif dalam menghadapi tantangan masa depan.
Dukungan dari Semua Pihak
Proses pemilihan Khofifah sebagai Ketua Umum Dewan Pembina juga menunjukkan dukungan yang luar biasa dari seluruh pengurus wilayah. Sebelum kongres, laporan pertanggungjawaban Khofifah atas kepemimpinannya selama periode 2016-2024 diterima dengan sangat baik. Hampir seluruh pengurus wilayah memberikan dukungan penuh agar Khofifah melanjutkan kepemimpinannya, sebuah bukti bahwa kepemimpinannya selama ini dianggap berhasil dan membawa perubahan positif.
Namun, tidak hanya dukungan dari dalam organisasi yang menguatkan langkah Khofifah. Proses pemilihan yang panjang dan penuh dinamika ini juga memperlihatkan adanya dorongan kuat untuk membawa Muslimat NU menuju arah yang lebih profesional dan terstruktur. Dengan peran serta dua utusan PBNU yang ditempatkan untuk memberikan pendampingan dalam setiap tahapan kongres, khususnya dalam pembahasan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT), setiap langkah yang diambil sudah melalui pertimbangan yang matang dan penuh kehati-hatian.
Membuka Jalan untuk Masa Depan
Baca juga: Ucapkan Selamat ke Khofifah-Emil, Fraksi Demokrat DPRD Jatim Siap Sukseskan Program di Periode Kedua
Perubahan yang paling signifikan dalam kepengurusan kali ini adalah kebijakan mengenai periodisasi kepengurusan yang sebelumnya berlangsung selama delapan tahun kini diubah menjadi lima tahun. Langkah ini diharapkan dapat membawa fleksibilitas yang lebih besar dan memberikan kesempatan bagi regenerasi kepemimpinan di tubuh Muslimat NU.
Dengan adanya perubahan-perubahan ini, struktur baru yang terbentuk di tubuh Muslimat NU kini memberikan gambaran organisasi yang lebih solid, modern, dan siap menghadapi tantangan zaman. Puncak kepemimpinan yang kini dipegang oleh Ketua Umum Dewan Pembina PP Muslimat NU dan Ketua PP Muslimat NU diharapkan dapat memberikan energi baru bagi organisasi yang telah menjadi garda terdepan dalam pemberdayaan perempuan dan masyarakat Muslim Indonesia.
Khofifah, yang kembali mengambil peran utama dalam kepemimpinan ini, mengakhiri pidatonya dengan sebuah harapan besar. "Dengan semangat baru dan langkah yang lebih pasti, kita akan bersama-sama memperkuat peran Muslimat NU, mendukung umat, dan menjaga marwah bangsa Indonesia," ujarnya. Kata-kata ini menggambarkan tekadnya untuk membawa Muslimat NU menuju masa depan yang lebih cerah, berdaya, dan berdampak luas bagi masyarakat.
Editor : Redaksi