EDITORIAL - Di tahun 2024, Dinas Perkebunan (Disbun) Jawa Timur berhasil menggelar pelatihan budidaya wijen di empat kabupaten sebagai upaya meningkatkan pendapatan petani dan mengoptimalkan potensi tanaman wijen di wilayah tersebut. Wijen dipilih karena memiliki pasar yang luas dan stabil, serta dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi petani, khususnya di daerah dengan curah hujan rendah.
Menurut Kepala Bidang Tanaman Semusim Disbun Jawa Timur, Prasojo Bayu, wijen merupakan komoditas potensial, wijen digunakan dalam berbagai produk makanan dan industri, sehingga permintaan pasarnya cukup tinggi dan stabil. Selain itu, tanaman wijen memiliki keunggulan karena relatif tahan terhadap kekeringan, menjadikannya cocok untuk daerah-daerah tertentu di Jawa Timur.
"Harga jual wijen cenderung stabil, bahkan sering mengalami kenaikan. Dengan budidaya wijen, kami berharap pendapatan petani dapat meningkat secara signifikan," ujar Prasojo, Jumat, (13/12/2024).
Dalam pelatihan tersebut, petani diberikan pemahaman mendalam tentang teknik budidaya wijen, mulai dari pemilihan varietas yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim, hingga proses perawatan tanaman.
“Petani perlu memastikan bahwa tanah diolah dengan baik, gembur, dan kaya bahan organik sebelum penanaman,” jelas Prasojo.
Ia menambahkan, waktu tanam yang tepat, jarak tanam yang ideal, dan kedalaman tanam yang sesuai merupakan faktor penting untuk memastikan pertumbuhan tanaman yang optimal. Pemupukan, penyiangan, penyiraman, dan pengendalian hama serta penyakit juga harus dilakukan secara teratur.
Pelatihan ini menggunakan metode Good Agriculture Practices (GAP), yang diterapkan pada penanaman wijen di Kabupaten Lamongan. Pelatihan tersebut merupakan hasil kerjasama antara Disbun Jatim, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta pemerintah kabupaten setempat.
“Kami berusaha memastikan petani memahami praktik budidaya yang baik, mulai dari penanaman hingga panen. Dengan metode ini, hasil panen diharapkan berkualitas tinggi dan mampu memenuhi permintaan pasar,” kata Prasojo.
Proses panen wijen dilakukan saat tanaman mencapai usia tua, yang ditandai dengan daun menguning dan biji mengeras. Setelah panen, biji wijen harus dikeringkan dan dibersihkan dengan baik untuk menjaga kualitas produk.
“Pelatihan ini dimulai pada bulan Juli, dan panen diperkirakan berlangsung pada bulan September atau Oktober,” ungkapnya.
Dengan pelatihan budidaya wijen ini, Dinas Perkebunan Jawa Timur berharap petani dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen, sehingga mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional. Selain itu, langkah ini juga diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan dan diversifikasi usaha tani di Jawa Timur. *ARM*
Editor : Abdul Hady JM