EDITORIAL - Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah tercatat dan terbukti memperjuangkan nasib petani tembakau. Banyak sekali kontribusi di masa pemerintahan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak untuk peningkatan kesejahteraan petani dan pedagang tembakau.
Tanaman tembakau sesungguhnya merupakan tanaman yang unik, karena di saat kemarau dan lahan tidak bisa ditanami tanaman pangan seperti padi dan jagung, tanaman tembakau adalah solusi bagi permasalahan tersebut.
"Tembakau cenderung tidak membutuhkan banyak air, dan hasilnya lebih ekomonis jika dibandingkan dengan tanaman padi. Sehingga menjadi salah satu penyokong ekonomi di Jawa Timur," ata Kepala Bidang Tanaman Semusim Dinas Perkebunan Jawa Timur, Prasojo Bayu.
Sebagai provinsi yang memiliki banyak industri rokok di Jatim, potensi Jatim sangat luar biasa di bidang pertembakauan. Tembakau adalah komoditas primadona Jatim. Areal produksi tembakau di Jatim di awal pemerintahan Khofifah-Emil tercatat sekitar 110.813 hektar dengan total produksi 85.000 – 90.000 ton per tahun.
Kontribusi produksi tembakau Jatim sebesar 50 persen kebutuhan nasional. Sisanya dibagi 30% NTB, 20% Jateng, Jabar dan Sumatra Utara. Di Jawa Timur, budidaya tembakau menyebar di 22 Kabupaten/Kota di Jatim. Dengan luasan 110.813 hektar, terdiri dari tembakau Voor-Oogst (VO) seluas 102.742 hektar dan Na-Oogst (NO) seluas 8.071 hektar.
Selama kepemimpinan Khofifah, Pemerintah Provinsi Jatim melakukan banyak upaya untuk pengembangan perluasan areal lahan, peningkatan produksi tembakau dan kesejahteraan petaninya. Untuk diketahui, komoditi tembakau yang paling banyak dikembangkan di Jawa Timur adalah jenis tembakau Kasturi dan Lumajang VO.
Selama kepemimpinan Khofifah, setidaknya telah didistribusikan 8 juta kg bantuan pupuk untuk petani tembakau di seluruh daerah di Jawa Timur dan ribuan alat mesin pertanian seperti handtraktor, pompa air, cultivator, dan lainnya.
Tentu saja, bantuan-bantuan dari Pemprov Jatim itu dimaksudkan agar para petani tembakau bisa meningkatkan kemampuannya dan dapat merespon kondisi lapangan yang berkembang, dengan harapan pendapatan usaha tani tembakau bisa meningkat.
Pemprov Jatim telah melakukan berbagai metode, diantaranya Inovasi Pengembangan Tembakau Unggul Lokal, dimana ini adalah demplot budidaya tembakau unggul lokal dalam rangka peningkatan produksi, produktivitas, mutu tembakau dan untuk meningkatkan pendapatan kelompok petani tembakau
Kemudian ada Penumbuhan Agropreneur Muda Tembakau, dimana ini adalah demplot budidaya tembakau dalam rangka menumbuhkan minat dan kompetensi petani muda sebagai upaya regenerasi di bidang usaha tani tembakau berkelanjutan melalui edukasi budidaya tembakau sesuai Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP).
Juga ada Pelatihan UsahaTani Tembakau Terintegrasi, yang nerupakan demplot budidaya tembakau dalam upaya edukasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman tembakau dan ternak, dengan memanfaatkan limbah ternak.
Selanjutnya adalah Diversifikasi Usaha Tani Tembakau dengan Bawang Merah, yang merupakan upaya untuk melakukan optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian melalui demplot budidaya tembakau tumpangsari dengan bawang merah dalam upaya peningkatan pendapatan petani tembakau.
Upaya dan kerja keras selama lima tahun di bawah pemerintahan Khofifah-Emil ini akhirnya sukses mengantarkan Jawa Timur sebagai produsen tembakau terbesar di Indonesia dengan kontribusi sebesar 51,16 persen dari total produksi secara nasional sebesar 265.701 ton
Tercatat, produksi tembakau di Jatim tahun 2023 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022, dimana pada tahun 2022 produksinya mencapai 97.936 ton dan di tahun 2023 naik menjadi 135.117 ton.
Pemprov Jatim mencatat, ada peningkatan luas areal perkebunan tembakau di seluruh wilayah di Jawa Timur. Pada tahun 2022, luas areal perkebunan tembakau mencapai 88.969 hektare. Di tahun 2023 tercatat naik menjadi 114.215 hektare sekaligus menempatkan Jatim sebagai provinsi dengan areal perkebunan tembakau terluas di Indonesia.
Selain dukungan kinerja Pemprov Jatim melalui berbagai bantuan program kerja, tingginya permintaan bahan baku tembakau oleh pabrik rokok dan iklim yang mendukung juga merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan luas area lahan tembakau di Jawa Timur. *ARM*
Editor : Budi Prasetyo