EDITORIAL - Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Perkebunqan Provinsi Jawa Timur untuk peningkatan produksi dan produktivitas tebu. Selama 1 tahun ini, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur melaksanakan 4 kali pelatihan untuk petani tebu.
Pelatihan awal tahun dilaksanakan pada bulan Februari 2024. Yakni Pelatihan Budidaya Tanaman Tebu dan Pengomposan Limbah Tebu diikuti peserta sebanyak 25 orang petani dari Kabupaten Malang, Probolinggo, dan Blitar.
Kemudian Bulan Maret, diikuti peserta sebanyak 25 orang petani dari Kabupaten Lumajang dan Situbondo dengan judul Pelatihan Budidaya Tebu dan Penerapan Teknologi dalam Industri Pertanian.
Bulan Oktober kembali diadakan pelatihan pada Tanggal 22-25 Oktober 2024 dengan peserta dari Madiun, Magetan dan Pasuruan. Tak berjeda lama, pada tanggal 28-31 Oktober 2024 diadakan Pelatihan Budidaya Tebu dan Penerapan Teknologi dalam Industri Pertanian yang diikuti peserta sebanyak 25 orang petani dari Kabupaten Gresik, Mojokerto dan Jombang.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ir. Dydik Rudy Prasetya, MMA mengatakan Jawa Timur sebagai lumbung tebu dimana 95 persen petani tebu di Jatim adalah petani rakyat, sehingga perhatian peningkatan kemampuan petani di Jawa Timur tidak bisa diabaikan. Data Kementerian Pertanian mencatat Jawa Timur sebagai provinsi dengan produksi gula dan tebu tertinggi nasional. Produksi gula di Jawa Timur pada tahun 2024 ini mencapai 49,5 persen dari total produksi gula nasional atau setara 1,19 juta ton dari total produksi gula nasional sebanyak 2,4 juta ton.
Dalam pelatihan, Dinas Perkebunan Jawa Timur menggandeng Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). "Tujuan pelatihan agar menambah pengetahuan dan wawasan petani, meningkatkan produktivitas tebu sesuai Good Agricultural Practices (GAP) serta sebagai acuan bagi pelaku usaha agribisnis dalam penerapan usahataninya," katanya.
Rudy menambahkan melalui pelatihan petani dapat lebih memahami bagaimana budidaya tebu yang baik, melakukan taksasi di kebun, melakukan analisa usaha tani, melakukan pemupukan sesuai dosis dan pemanfaatan limbah tebu untuk kebutuhan pupuk secara mandiri. Kemudian pemanfaatan teknologi drone untuk pemupukan maupun penanganan hama yang lebih efisien serta dapat mengetahui proses tebang muat angkut yang lebih baik. "Sehingga dapat menaikkan produktifitas tebu serta meningkatkan pendapatan petani melalui ilmu yang telah dipelajarai selama kegiatan pelatihan," pungkasnya. *ARM*
Editor : Budi Prasetyo