editorial.id - Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur terus mengintensifkan berbagai upaya strategis untuk meningkatkan produksi tembakau sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. Dengan pendekatan menyeluruh dari hulu ke hilir, dinas menargetkan peningkatan produksi minimal 10 persen pada tahun 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Ir. Dydik Rudy Prasetya, MMA, menyampaikan bahwa langkah peningkatan dilakukan tidak hanya pada aspek teknis budidaya, tetapi juga pada sisi pemberdayaan petani, penguatan kelembagaan, dan adaptasi terhadap tantangan iklim.
“Kami menerapkan strategi intensifikasi tembakau melalui pemberian bantuan sarana produksi dan pelatihan terpadu. Tujuannya agar petani mampu menghasilkan tembakau berkualitas tinggi dengan biaya yang efisien,” ujar Dydik dalam keterangannya, Selasa, (22/07/2025)
Sebagai bentuk konkret program intensifikasi, Dinas Perkebunan menyalurkan bantuan pupuk seperti NPK, ZA, ZK, dan KNO3 kepada kelompok tani di wilayah sentra tembakau. Tak hanya itu, bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti handtraktor, cultivator, pompa air, serta alat perajang tembakau turut diberikan untuk menunjang efisiensi kerja petani di lapangan.
Dydik menegaskan bahwa peningkatan produksi bukan sekadar persoalan ketersediaan pupuk dan alat, tetapi juga menyangkut pengetahuan teknis petani. Oleh karena itu, pemerintah provinsi rutin mengadakan pelatihan budidaya tembakau, mulai dari pembibitan, pemilihan varietas unggul, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), hingga penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Di tengah kondisi iklim yang semakin tidak menentu, Dinas Perkebunan juga mengambil langkah antisipatif melalui pelatihan khusus terkait penanganan panen dan pascapanen. Edukasi ini dirancang untuk membantu petani memahami teknik adaptasi terhadap perubahan cuaca, serta menjaga mutu tembakau meski dalam situasi ekstrem.
“Kita tidak bisa menghindari perubahan iklim, tapi kita bisa beradaptasi. Maka, pelatihan pascapanen dan mitigasi iklim menjadi bagian penting dari peningkatan produktivitas dan keberlanjutan,” kata Dydik.
Dinas Perkebunan Jatim optimistis bahwa sinergi antara teknologi, edukasi, serta pendampingan lapangan akan menjadi kunci sukses mencapai target produksi tembakau tahun 2025. Upaya ini juga diharapkan mampu memperkuat posisi petani sebagai pelaku utama dalam rantai nilai komoditas tembakau.
Dengan potensi lahan tembakau Jatim yang mencapai lebih dari 78 ribu hektare dan produksi tahunan sekitar 65 ribu ton, strategi peningkatan ini bukan hanya berorientasi pada angka produksi, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup petani dan daya saing produk tembakau lokal di pasar nasional maupun ekspor. [adv]
Editor : Budi Prasetyo